Hukrim
ACEH SELATAN --- Dihebohkan dengan dinyatakan melakukan aksi bunuh diri, MW (35) membantah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menyeburkan badannya ke laut Gampong Lhoek Bengkuang, Tapaktuan, Aceh Selatan, pada 26 Februari 2018 lalu.
"Awalnya saya ditelepon oleh H untuk menemaninya ke Mahkamah Syari'ah Tapaktuan dalam rangka pengurusan surat kuning perceraian H dengan istrinya," kata MW, Selasa (27/02/2018).
Berita terkait: Ulangi Aksi Bunuh Diri, MW Asal Abdya Ceburkan Diri ke Laut Lhok Bengkuang
H (38) menelpon dirinya untuk menemaninya ke Mahkamah Syari'ah, dengan alasan jika MW tidak pergi menemani H ke gedung Mahkamah Syari'ah, maka H juga tidak pergi dalam proses pengurusan surat kuning tersebut.
"Anehnya, H sempat menuduh saya yang bukan-bukan sampai dia mengatakan alasan saya tidak pergi karena ingin tidur di hotel dengan pria lain. Jadi pas saya dengar tuduhan tersebut, saya sendiri kaget dan sempat bertanya ke dia kenapa menuduh yang bukan-bukan. Jadi pas pukul 07.30 WIB, saya bergegas untuk mandi. Tidak lama kemudian H kembali menelpon dan memutuskan hubungan dengan saya, sedangkan saya dengan dia memang mau menikah," sebut MW.
Ia segera menyusul H ke Tapaktuan dan bertemu di Mahkamah Syariah Tapaktuan. Keduanya sempat minum dan makan snack di kantin pengadilan agama. MW pun kemudian meminjam telepon genggam H karena ingin menelpon anaknya.
"Saat sedang bicara, HP itu dirampas dari saya dan saya tidak paham kenapa dirampas, sebab sebelumnya tidak pernah seperti itu. Kemudian saya tanya ke dia, apa ada rahasia di HP ini sehingga dirampas. Lalu dia jawab dengan candaan yang mengisyaratkan seperti ada sesuatu. Dan terakhir dia mengaku kalau ada SMS dari perempuan lain di HPnya, namun saya tetap sabar atas pengakuannya," jelasnya.
MW menambahkan, berselang beberapa menit kemudian, tepatnya disamping mushalla gedung Mahkamah Syari'ah, H kembali merampas HP tersebut dan tidak lama kemudian H mengambil sebuah alat yang bentuknya seperti pisau seperti ingin menusuk.
"Untung bisa saya tepis namun tangan saya sedikit tergores gara-gara alat itu. Tidak lama kemudian alat itu dibuang olehnya karena ketahuan orang yang baru siap shalat di mushalla, dan dia langsung ambil kereta (sepeda motor-red) lalu pergi. Kemudian alat yang dia buang tadi saya ambil ternyata alat tersebut berupa ujung gunting yang sudah berkarat dan alat tersebut langsung saya masukkan ke dalam tas," sebutnya.
Setelah H pergi, lanjut MW, pihak Mahkamah Syar'iah memanggil lelaki itu. Karena H sudah tidak berada di tempat, pihak Mahkamah memberikan undangan kepada MW untuk diminta bantu antar ke rumah.
Namun ketika tiba di rumah H, kondisi rumah kosong. Kemudian MW dapat kabar dari warga bahwa H telah mengadu kepada ibunya bahwa MW telah membuat kericuhan di pengadilan agama.
"Mendengar kabar dari warga tersebut saya kaget dan syok, sebab saya tidak melakukan apa-apa di Mahkamah Syari'ah. Kemudian saya duduk di dekat laut sambil menunggu H pulang. Setelah menunggu agak sedikit lama, kemudian H datang dari seberang sungai dengan menjinjing sebuah kantong di tangannya dan memanggil saya. Setiba dia dihadapan saya, terus saya tanya ke dia bagaimana masalah hubungan ini dan kenapa dia mau tusuk saya pakai gunting? Tidak lama kemudian H mendorong saya hingga jatuh sambil mengucapkan kata-kata mati kau," ujarnya.
Setelah didorong, tambah MW, tidak lama kemudian ombak besar datang dan langsung menyeret dirinya ke laut dan disaat itu MW sempat minta tolong agar ada yang bantu dirinya."Dalam keadaan itu saya sempat mendengar kalau ada warga yang mengatakan bahwa saya ingin bunuh diri, padahal saya diseret gelombang karena jatuh didorong H," tegas MW.
Sebenarnya, kata MW, dirinya sudah sangat sabar menunggu untuk dinikahi H. Namun karena H belum memiliki akta cerai yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Tapaktuan, MW pun tidak mau tergesa-gesa. Perempuan itupun mengaku, selama ini hubungan dirinya dengan H baik-baik saja, demikian juga hubungan antar keluarga.
Hingga kini MW belum membuat laporan ke polisi terkait apa yang menimpanya, karena menurut MW ada pihak-pihak yang membekingi H agar tidak tersentuh hukum. [LA/FA]
Aksi Bunuh Diri di Laut Lhok Bengkuang, MW Mengaku Coba Dibunuh Bukan Bunuh Diri
ACEH SELATAN --- Dihebohkan dengan dinyatakan melakukan aksi bunuh diri, MW (35) membantah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menyeburkan badannya ke laut Gampong Lhoek Bengkuang, Tapaktuan, Aceh Selatan, pada 26 Februari 2018 lalu.
"Awalnya saya ditelepon oleh H untuk menemaninya ke Mahkamah Syari'ah Tapaktuan dalam rangka pengurusan surat kuning perceraian H dengan istrinya," kata MW, Selasa (27/02/2018).
Berita terkait: Ulangi Aksi Bunuh Diri, MW Asal Abdya Ceburkan Diri ke Laut Lhok Bengkuang
H (38) menelpon dirinya untuk menemaninya ke Mahkamah Syari'ah, dengan alasan jika MW tidak pergi menemani H ke gedung Mahkamah Syari'ah, maka H juga tidak pergi dalam proses pengurusan surat kuning tersebut.
"Anehnya, H sempat menuduh saya yang bukan-bukan sampai dia mengatakan alasan saya tidak pergi karena ingin tidur di hotel dengan pria lain. Jadi pas saya dengar tuduhan tersebut, saya sendiri kaget dan sempat bertanya ke dia kenapa menuduh yang bukan-bukan. Jadi pas pukul 07.30 WIB, saya bergegas untuk mandi. Tidak lama kemudian H kembali menelpon dan memutuskan hubungan dengan saya, sedangkan saya dengan dia memang mau menikah," sebut MW.
Ia segera menyusul H ke Tapaktuan dan bertemu di Mahkamah Syariah Tapaktuan. Keduanya sempat minum dan makan snack di kantin pengadilan agama. MW pun kemudian meminjam telepon genggam H karena ingin menelpon anaknya.
"Saat sedang bicara, HP itu dirampas dari saya dan saya tidak paham kenapa dirampas, sebab sebelumnya tidak pernah seperti itu. Kemudian saya tanya ke dia, apa ada rahasia di HP ini sehingga dirampas. Lalu dia jawab dengan candaan yang mengisyaratkan seperti ada sesuatu. Dan terakhir dia mengaku kalau ada SMS dari perempuan lain di HPnya, namun saya tetap sabar atas pengakuannya," jelasnya.
MW menambahkan, berselang beberapa menit kemudian, tepatnya disamping mushalla gedung Mahkamah Syari'ah, H kembali merampas HP tersebut dan tidak lama kemudian H mengambil sebuah alat yang bentuknya seperti pisau seperti ingin menusuk.
"Untung bisa saya tepis namun tangan saya sedikit tergores gara-gara alat itu. Tidak lama kemudian alat itu dibuang olehnya karena ketahuan orang yang baru siap shalat di mushalla, dan dia langsung ambil kereta (sepeda motor-red) lalu pergi. Kemudian alat yang dia buang tadi saya ambil ternyata alat tersebut berupa ujung gunting yang sudah berkarat dan alat tersebut langsung saya masukkan ke dalam tas," sebutnya.
Setelah H pergi, lanjut MW, pihak Mahkamah Syar'iah memanggil lelaki itu. Karena H sudah tidak berada di tempat, pihak Mahkamah memberikan undangan kepada MW untuk diminta bantu antar ke rumah.
Namun ketika tiba di rumah H, kondisi rumah kosong. Kemudian MW dapat kabar dari warga bahwa H telah mengadu kepada ibunya bahwa MW telah membuat kericuhan di pengadilan agama.
"Mendengar kabar dari warga tersebut saya kaget dan syok, sebab saya tidak melakukan apa-apa di Mahkamah Syari'ah. Kemudian saya duduk di dekat laut sambil menunggu H pulang. Setelah menunggu agak sedikit lama, kemudian H datang dari seberang sungai dengan menjinjing sebuah kantong di tangannya dan memanggil saya. Setiba dia dihadapan saya, terus saya tanya ke dia bagaimana masalah hubungan ini dan kenapa dia mau tusuk saya pakai gunting? Tidak lama kemudian H mendorong saya hingga jatuh sambil mengucapkan kata-kata mati kau," ujarnya.
Setelah didorong, tambah MW, tidak lama kemudian ombak besar datang dan langsung menyeret dirinya ke laut dan disaat itu MW sempat minta tolong agar ada yang bantu dirinya."Dalam keadaan itu saya sempat mendengar kalau ada warga yang mengatakan bahwa saya ingin bunuh diri, padahal saya diseret gelombang karena jatuh didorong H," tegas MW.
Sebenarnya, kata MW, dirinya sudah sangat sabar menunggu untuk dinikahi H. Namun karena H belum memiliki akta cerai yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Tapaktuan, MW pun tidak mau tergesa-gesa. Perempuan itupun mengaku, selama ini hubungan dirinya dengan H baik-baik saja, demikian juga hubungan antar keluarga.
Hingga kini MW belum membuat laporan ke polisi terkait apa yang menimpanya, karena menurut MW ada pihak-pihak yang membekingi H agar tidak tersentuh hukum. [LA/FA]
Via
Hukrim