Inspirasi
Jazirah
Kisah Menggetarkan Hati, Penjual ini Berdagang dengan ALLAH SWT
SEORANG lelaki tua dengan baju lusuhnya masuk ke sebuah toko megah. Dari bajunya, terlihat lelaki tua itu adalah seorang fakir.
Para pengunjung di toko tersebut yang mayoritas adalah orang-orang berada, mereka rata-rata melihat dengan pandangan aneh kepada lelaki tua tersebut. Tetapi tidak dengan sang pemilik toko.
”Mau cari apa pak?” Tanya pemilik toko dengan ramah.
”Anu… Saya mau beli selimut enam helai untuk saya dan anak istri saya. Tapi…” Jawabnya ragu.
”Tapi kenapa pak?”
“Saya hanya punya uang 100 riyal. Apa cukup untuk membeli enam helai selimut? Tak perlu bagus, yang penting bisa untuk melindungi tubuh dari hawa dingin,” ucap lelaki tua tersebut.
”Oh tentu cukup pak. Saya punya selimut bagus dari Turki. Harganya cuma 20 riyal saja. Kalau bapak membeli lima saya kasih bonus satu helai’,’ jawab sang pemilik toko sigap.
Lega, wajah lelaki tua itu bersinar cerah. Ia menyodorkan uang 100 riyal, lalu membawa selimut yang dibelinya pulang.
Seorang teman pemilik toko yang sedari tadi melihat dan mendengar percakapan tersebut kemudian bertanya pada pemilik toko:
”Tidak salah? Kau bilang selimut itu yang paling bagus dan mahal yang ada di tokomu ini. Kemarin kau jual kepadaku 450 riyal. Sekarang kau jual kepada lelaki tua itu 20 riyal?” protesnya heran.
”Benar. Memang harga selimut itu 450 riyal, dan aku menjualnya padamu tidak kurang dan tidak lebih. Tetapi kemarin aku berdagang dengan manusia. Sekarang aku berdagang dengan Allah,” ucap sang pemilik toko dengan tenang.
“Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak menginginkan uangnya sedikitpun. Tapi aku ingin menjaga harga diri lelaki tua tersebut agar dia seolah tidak sedang menerima sedekah dari ku hingga bisa membuatnya malu,” sambungnya.
Menghela nafas sejenak, sambungnya kembali, “Demi Allah! Aku hanya ingin lelaki tua itu dan keluarganya terhindar dari cuaca musim dingin yang sebentar lagi datang. Dan aku pun berharap Allah menghindarkanku dan keluargaku dari panasnya api neraka.”
Sungguh, diperlukan seni dan trik dalam beramal dan bersedekah agar membuat orang lain tidak merasa malu atau rendah. []
Sumber: Kisah Inspirasi
Para pengunjung di toko tersebut yang mayoritas adalah orang-orang berada, mereka rata-rata melihat dengan pandangan aneh kepada lelaki tua tersebut. Tetapi tidak dengan sang pemilik toko.
”Mau cari apa pak?” Tanya pemilik toko dengan ramah.
”Anu… Saya mau beli selimut enam helai untuk saya dan anak istri saya. Tapi…” Jawabnya ragu.
”Tapi kenapa pak?”
“Saya hanya punya uang 100 riyal. Apa cukup untuk membeli enam helai selimut? Tak perlu bagus, yang penting bisa untuk melindungi tubuh dari hawa dingin,” ucap lelaki tua tersebut.
”Oh tentu cukup pak. Saya punya selimut bagus dari Turki. Harganya cuma 20 riyal saja. Kalau bapak membeli lima saya kasih bonus satu helai’,’ jawab sang pemilik toko sigap.
Lega, wajah lelaki tua itu bersinar cerah. Ia menyodorkan uang 100 riyal, lalu membawa selimut yang dibelinya pulang.
Seorang teman pemilik toko yang sedari tadi melihat dan mendengar percakapan tersebut kemudian bertanya pada pemilik toko:
”Tidak salah? Kau bilang selimut itu yang paling bagus dan mahal yang ada di tokomu ini. Kemarin kau jual kepadaku 450 riyal. Sekarang kau jual kepada lelaki tua itu 20 riyal?” protesnya heran.
”Benar. Memang harga selimut itu 450 riyal, dan aku menjualnya padamu tidak kurang dan tidak lebih. Tetapi kemarin aku berdagang dengan manusia. Sekarang aku berdagang dengan Allah,” ucap sang pemilik toko dengan tenang.
“Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak menginginkan uangnya sedikitpun. Tapi aku ingin menjaga harga diri lelaki tua tersebut agar dia seolah tidak sedang menerima sedekah dari ku hingga bisa membuatnya malu,” sambungnya.
Menghela nafas sejenak, sambungnya kembali, “Demi Allah! Aku hanya ingin lelaki tua itu dan keluarganya terhindar dari cuaca musim dingin yang sebentar lagi datang. Dan aku pun berharap Allah menghindarkanku dan keluargaku dari panasnya api neraka.”
Sungguh, diperlukan seni dan trik dalam beramal dan bersedekah agar membuat orang lain tidak merasa malu atau rendah. []
Sumber: Kisah Inspirasi
Via
Inspirasi