Zulkifli Alhabsyi Perlihatkan Surat Wakaf Habib Bugak

Zulkifli Alhabsyi
BIREUEN --- Keturunan keenam dari Abdurrahman Alwi Al-Habsyi atau Habib Bugak Asyi, yakni, Zulkifli Alhabsyi, memperlihatkan surat terbuka Habib Bugak yang dikirim kepada pemerintah Arab Saudi sekitar 1222 Hijriah atau sekitar 1806 Masehi. 


"Kami masih menyimpan surat kakek kami yang dikirim kepada Pemerintah Arab Saudi jauh sebelum Indonesia ini ada dan dokumen lain," ujarnya, Jumat (16/3/2018).

Makanya, lanjut pria yang sekarang sudah menetap di Gampong Mong Keulayu, Gandapura, Bireuen, sangat aneh bila ada pihak atau Badan Badan Pebelola Keuangan Haji (BPKH) yang disebut berencana akan mengelolanya tanah wakaf yang namanya Baitul Asyi yang sudah jelas sekali statusnya.

"Mengenai tanah wakaf kakek kami, jangankan keluarga atau keturunannya, pemerintah Arab Saudi saja tidak boleh mencampurinya, karena yang berhak mengelolanya adalah nazir (pengelola harta wakaf) yang ditunjuk pewakaf secara turun temurun, apalagi pihak selain itu yang tidak ada kaitan sama sekali, tentunya jelas-jelas tidak boleh," tegasnya.

Menurut Zulkifli, pihak keluarga besar Habib Bugak tidak pernah mempersoalkan masalah tanah atau bangunan di atasnya, karena memang jelas-jelas sudah diwakaf oleh kakeknya untuk rakyat Aceh, khusunya yang melaksanakan ibadah haji, atau yang bermukim untuk belajar di negara tersebut. 

"Kami saja tidak ada maksud atau niat sedikitpun untuk mencampuri urusan tanah wakaf itu, karena memang sudah jelas statusnya, namun sekarang kami, perlu meluruskan supaya tidak ada pihak-pihak yang mencoba merubah atau mencampurinya masalah tanah wakaf tersebut," katanya.
[CUT]
Surat Waqaf Habib Bugak
Lanjutnya lagi, Baiul Asyi tersebut, baru boleh diambil oleh pihak lain, apabila di dunia ini tidak ada lagi muslim Aceh yang menunaikan ibadah haji atau tidak ada lagi rakyat dari Serambi Makkah itu yang menuntut ilmu di negara tersebut. 


"Apabila rakyat Aceh tidak ada lagi atau warga Aceh tidak ada lagi yang pergi menuntut ilmu ke negara tersebut, pertamanya harus diberikan kepada pelajar muslim di Asia Tenggara. Seandainya itu juga tidak ada lagi, maka terakhir harus diberikan kepada imam masjidil haram itupun harus dipergunakan untuk kebutuhan masjid tersebut," jelasnya.

Ditanya Atjeh Net, apakah selama ini para keturunan Habib Bugak pernah mendapat perhatian khusus dari pemerintah Arab Saudi atau dari pihak Nazir, karena kakekknya telah banyak berjasa kepada masyarakat Aceh, Zulkifli dengan lantang mengatakan, para keturunan habib Bugak tidak boleh menikmati dari hasil wakaf neneknya tersebut, karena itu diwakafkan kepada masyarakat Aceh, bukan kepada keluarganya.

"Itu sama saja dengan ada orang tua mewakafkan kebun kelapa, lalu anak atau keturunannya sesekali mengambil kelapa itu, tentunya tidak boleh, makanya kami tidak mau main-main dengan tanah wakaf  yang pernah diberikan kepada pihak lain," jawabnya bertamsilan sambil memperlihatkan isi surat Habib Bugak yang dikirim kepada Pemerintah Arab Saudi tempoe doeloe.

Menjawab Atjeh Net, mengenai perhatian pemerintah selama ini terhadap keberadaan kuburan Habib Bugak yang berada di Gampong Pante Peusangan, Bugak, Jangka, Bireuen, Zulkifli dengan bijak mengatakan, lokasi kuburan dan bangunan lain dibangun pihak keluarga. 

"Kami tidak pernah menerima dana dari Baitul Asyi untuk memugar atau membangun lokasi kuburan kakek kami, melainkan kami bangun dengan biaya dari keluarga besar kami, namun karena anggaran belum memadai, sehingga jalan menuju ke lokasi makam kakek kami masih apa adanya atau belum diaspal," katanya datar.

Sebagaimana diketahui Habib Bugak masih keturunan dari Nabi Muhammad SAW adalah seorang ulama besar Aceh asal Timur Tengah, konon kabarnya pernah ikut membantu kerajaan Aceh untuk pengembangan Islam kala itu, lalu meninggal dan dimakamkan di tempat sekarang, yakni, Gampong Pante Peusangan, Bugak, Kecamatan Jangka, Bireuen. (MS) 
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru