Aktivis SPMA Subulussalam Meminta Pemerintah Mengimplementasikan Tari Dampeng di Sekolah

SUBULUSSALAM - Aktivis Budaya dan Sosial Sekolah Pemimpin Muda Aceh (SPMA) Muzir Maha mengatakan tari Dampeng adalah sebuah tarian milik suku Singkil yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Seperti Bagahen, menyambut tamu-tamu khusus seperti para pembesar raja-raja (kepala daerah). 

Tarian ini diiringi dengan syair-syair khusus dengan menggunakan bahasa Singkil, ujarnya, Kamis 12 Juli 2018.

Tari Dampeng ini juga menggambarkan tentang kekompakan dalam satu suara, ini artinya dari sejak dahulu kala nenek moyang kita sudah mengajarkan kita tentang menjaga persatuan dan kesatuan. 

Dan tari Dampeng ini adalah aset sekaligus adat yang wajib di pertahankan dan dilestarikan mengingat perkembangan kota kedepan semakin pesat. 

Sekarang ini Tari Dampeng telah dipatenkan oleh Kementrian Kebudayaan RI sebagai Warisan Budaya tak Benda. Penetapan Tari Dampeng oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tanggal 27 November 2015 No. 85165/MPK.E/DO/2015 dan ini menjadi kebanggaan besar bagi kita khususnya masyarakat Subulussalam Singkil. 

Saat ini beberapa adat kebudayaan suku Singkil masih tetap dilakukan di acara-acara adat ataupun acara keagamaan tapi hanya di desa-desa tertentu yang berada di pinggiran Lae Soraya saja. Namun di beberapa desa lain khusus Subulussalam kegiatan budaya Suku Singkil ini sudah jarang dimainkan. 

Oleh karena itu pemerintah kota Subulussalam melalui dinas kebudayaan dan pariwisata harus melakukan penyegaran atau inovasi baru untuk menumbuhkan kembali semangat kecintaan masyarakat terhadap adat budaya itu sendiri, tidak mesti hanya tari Dampeng saja, tapi juga beberapa adat suku Singkil lainnya, pungkas Muzir Maha.

Kita bisa ambil contoh Gayo, kenapa budaya Gayo sangat di berkembang dan di kagumi banyak orang, karena di bangku sekolah dasar mereka sudah di ajarkan tentang sejarah budaya lokal, guru gurunya memberikan inspirasi kepada murid - muridnya tentang apa itu identitas ke gayoan tersebut serta di dukung oleh pemerintah daerah. 

Sedangkan kita tidak ada inisiatif untuk melakukan hal tersebut, misalnya dinas kebudayaan dan pariwisata bersama dinas  Pendidikan kota Subulussalam melakukan kerjasama dengan Sekolah yang ada di wilayah kota Subulussalam khususnya sekolah dasar (SD) untuk membina generasi muda kita belajar tari  Dampeng di sela-sela mengisi ekstrakurikuler yang ada pada sekolah.

Tari Dampeng ini di implementasikan di sekolah - sekolah dasar,  dibuat semacam group tari seperti itu, kemudian setiap tahun nya pemerintah kota Subulussalam membuat pentas seni (kontes seni) yang menampilkan tari dan adat lokal untuk di kompetisakan. Pastinya ini menjadi penyemangat bagi generasi kita untuk lebih giat dalam mendalami adat budaya kita suku Singkil, ungkap Muzir yang juga alumni SPMA Banda Aceh.

Kalau bukan kita siapa lagi,kalau tidak hari ini lalu kapan lagi". Orang lain tidak mungkin mengapresiasi Budaya kita, kalau kita sendiri acuh tak acuh terhadap budaya kita, apakah dengan Gaya budaya kebarat-baratan kita merasa lebih modern atau kekinian?

Bergaya dengan pakaian orang lain! bukankah lebih baik menjadi diri sendiri? cintailah budaya kita, budaya kita sungguh jauh lebih baik dari budaya orang lain.

Karena pohon mangga tidak akan berharga sedikit pun, bila mencoba menjadi pohon kurma, begitu pula dengan bangsa kita, tidak akan diperhitungkan eksistensi budayanya oleh dunia, jika kita sebagai suku Singkil lebih memilih meniru budaya lain, tutupnya. (r)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru