Aktivis SPMA Subulussalam Minta Pemerintah Cari Solusi Untuk Stabilkan Harga TBS

SUBULUSSALAM - Pasca lebaran idul fitri lalu harga tandan buah segar (TBS) di pasaran anjlok, padahal seminggu sebelum lebaran harga TBS  berkisar Rp. 1300 /kg  hingga Rp.1700 /kg namun saat ini harga TBS turun drastis yaitu mencapai Rp. 750 /kg. 

Keadaan ini sangat menyulitkan petani kebun kelapa sawit, apalagi harga kebutuhan pokok trus meningkat di tambah lagi kebutuhan biaya anak sekolah. 

Seperti yang kita ketahui memang Subulussalam adalah salah satu penghasil TBS terbesar di Aceh karena hampir 80 % masyarakat kota Subulussalam adalah petani kelapa sawit. 

Muzirul Qadhi, aktivis SPMA Subulussalam dan alumni SPMA Banda Aceh sekaligus mahasiswa Subulussalam di Banda Aceh mengingatkan pemerintah untuk menstabilkan kembali harga TBS yang selama ini sangat mencekik pendapatan petani, pemerintah tidak bisa tinggal diam harus ada solusi atau alternatif lain yang di ambil oleh pemerintah. 

Muzir juga berharap agar pemerintah dan DPRK dapat meninjau langsung pabrik penampung buah kelapa sawit " jangan ada yang bermain dan men otak atik harga sawit, ini perkara hidup orang banyak" tegas muzir Selasa 10 juli 2018.

Sedangkan Zuliadi Kdr SH mantan Sekjen IPMASAD juga menyampaikan hal senada tentang buruk kinerja pemerintah dalam menangani anjlok nya harga TBS di pasaran. 

Jika kita bandingkan dengan harga/kg TBS kelapa sawit di daerah jambi, riau maka jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga TBS kelapa sawit di Kota Subulussalam, ujarnya.

Hal ini memang sudah menjadi sasaran empuk perusahaan, karena setiap sehabis lebaran idul fitri selalu diimbaskan kepada masyarakat petani dengan menurunkan harga tbs kelapa sawit. Padahal harga jual CPO dan Carnel dari perusahaan cukup tinggi. Tapi mengapa harus masyarakat petani yang menanggung harga yg sangat rendah ini, keluh Zuliadi.

"Saya pikir ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah kedepan dengan perusahaan agar menstabilkan harga TBS kelapa sawit," ucapnya.

Karena menurutnya, Jika harga TBS kelapa sawit selalu stabil maka masyarakat juga lebih mudah dan dapat terlihat makmur dengan kebutuhan yg terpenuhi. 

Sangat disayangkan sekali jika ini berlarut larut. Masyarakat harus diperhatikan, bagaimana maayarakat bisa makmur dan jauh dari kemiskinan jika sumber penghasilannya selalu di kebiri oleh perusahaan. 

Zuliadi juga berharap agar DPRK kota Subulussalam untuk ikut berperan dalam  menyelamatkan taraf Ekonomi Masyarakat, "DPRK harus berani mendorong pemerintah untuk bekerja bersama sama agar persoalan TBS ini tidak menyusahkan masyarakat kita," tutupnya. (r)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru