Alumni University Of South Australia Adakan Seminar Dan Workshop

ACEH SELATAN - Sumber makanan dan asupan nutrisi merupakan masalah utama dalam peternakan Aceh. Kandungan nutrisi yang terbatas ditambah dengan jumlah persediaan rumput hijau yang sudah semakin sedikit, membuat peternakan di Aceh jauh dari kata optimal. 

Selain itu, terbatasnya pengetahuan peternak lokal tentang manajemen peternakan, khususnya di bidang pakan dan nutrisi membuat sektor peternakan di Aceh semakin tidak produktif. 

Kegiatan seminar diselenggarakan  di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Selatan, Sabtu, (18/08/2018).

Sistem peternakan di Aceh didominasi oleh peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaan secara tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, ternak dilepas bebas ke lingkungan sekitar (free grazing) untuk mencari rumput hijauan. Sistem ini terbukti kurang efektif karena saat ini persediaan rumput hijauan semakin terbatas. 

Itu artinya, untuk mendapatkan makanan yang cukup, ternak harus berjalan cukup jauh dan menghabiskan banyak energi. Karena sebagian besar energi yang diperoleh dari makanan tersebut digunakan untuk berjalan jauh, maka proses pertumbuhan ternak menjadi tidak maksimal. 

Di sisi lain, sistem ini juga berpotensi menimbulkan konflik dan gesekan sosial. sebagai contoh, ternak bisa masuk ke komplek perumahan dan buang hajat sembarangan. 

Contoh lainnya, dengan sistem melepas bebas ini, ternak bisa saja masuk ke lahan pertanian atau perkebunan dan merusak/ memakan tanaman petani lainnya dan berujung pada konflik sosial. Dan yang paling ditakutkan ialah sistem tradisional ini juga bisa berujung pada pengrusakan properti dan bahkan menghilangkan nyawa, seperti kejadian kecelakaan di jalan raya yang disebabkan oleh ternak.

Sementara itu, terdapat limbah pertanian seperti jerami, bongkol jagung, pelepah sawit dan lainnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sebagai daerah yang menjadikan pertanian sebagai sektor ekonomi utama, Aceh memiliki banyak limbah pertanian potensial. 

Sayangnya, kebanyakan limbah tersebut tidak diolah menjadi sesuatu yang bernilai guna, melainkan diolah dengan cara terbelakang, yaitu dengan cara membakarnya.

Cara tradisional ini, selain menyebabkan polusi juga bisa merusak kesuburan tanah. Pengetahuan dan kompetensi masyarakat lokal yang terbatas dipercaya menjadi penyebab utama mengapa limbah-limbah tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, faktor kebiasan dan dimensi sosial kemasyarakatan juga ditengarai sebagai penyebab tidak dimanfaatkannya limbah tersebut dengan baik.

Oleh karena itu, Armijal, alumni University of South Australia yang juga merupakan putra asli Aceh Selatan tergerak untuk melakukan sesuatu terhadap kondisi peternakan di daerahnya. Dia menginisiasikan Biotech Feed Project (BFP), sebuah program yang berfokus pada pemanfaatan limbah pertanian menjadi pakan biotek alternatif melalui teknik fermentasi. 

Proyek ini didanai oleh Pemerintah Australia melalui Alumni Grant Scheme yang diadministrasikan oleh Australia Awards in Indonesia. Program ini juga berkolaborasi dengan pihak lokal seperti Pemkab Aceh Selatan, Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan, Politeknik Aceh Selatan dan Universitas Teuku Umar.

Puncak kegiatan BFP ini adalah kegiatan seminar tentang manajemen pakan dan nutrisi peternakan dan praktek lapangan tentang cara pengolahan jerami fermentasi. 

Pada hari berikutnya, kegiatan praktek lapangan dilakukan di Pusat Kawasan Pembibitan Ternak milik Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan. BFP menggandeng peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pendiri Aceh Farm School sebagai pemateri dan instruktur kegiatan tersebut.

Sebagai pakan alternatif, pakan biotek ini diharapkan menarik secara ekonomi dan lingkungan, murah, mudah, tersedia dalam jumlah melimpah, namun tetap mengandung nutrisi yang tinggi. 

Program inisiatif ini diharapkan menjadi solusi bagi peternak lokal di Aceh Selatan kala persediaan rumput segar sangat terbatas (seperti pada saat musim tanam). Hasil yang diharapkan dari program ini adalah masyarakat lokal menjadi tahu dan paham tentang proses pembuatan pakan fermentasi dan menerapkan teknologi ini pada peternakan mereka. (Qut)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru