News
Ortu Pasien Kecewa Pelayanan RSUD Atam, 'Anaknya' Dirawat Sekamar dengan Pasien Gejala DBD
ACEH TAMIANG - Ayah dari pasien bernama Putroe Salsabila, bocah berusia 18 bulan, sangat kecewa terhadap kinerja sejumlah oknum tenaga medis di 'Ruang Khusus Anak' RSUD Aceh Tamiang karena telah menempatkan anaknya 'sekamar' dengan pasien yang terindikasi kena gejala demam berdarah (DBD).
Akibat rasa kecewanya tersebut ayah pasien, Reki Ilham (32) yang kesehariannya berprofesi sebagai pewarta/jurnalis di salah satu media online di Bumi Muda Sedia melayangkan teguran kepada Direktur RSUD Aceh Tamiang, dr.Mustakim M.Kes, kemudian membawa pulang anaknya yang sedang dirawat karena keracunan makanan.
Kepada awak media, Rabu (19/09/2019), Reki Ilham menyampaikan, dirinya sangat kecewa terhadap pelayanan di RSUD dan meminta kepada pihak direktur beserta sejumlah oknum tenaga medis yang menempatkan anaknya 'sekamar' dengan pasien yang terindikasi kena gejala DBD untuk berani memberikan keterangan pers secara jujur.
Reki yang juga terdaftar sebagai Anggota Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Kabupaten Aceh Tamiang, membeberkan bahwa beberapa saat setelah dirinya melayangkan teguran melalui pesan singkat/short massage service ke pihak Direktur RSUD Aceh Tamiang yang selama ini ditengarai kerap 'tebar pesona' jika muncul masalah, berupaya membujuk isterinya, Salbiah Amd.Keb, agar bersedia 'anaknya' dipindahkan ke kamar lain.
"Tawaran pindah kamar oleh pak Mustakim terpaksa saya tolak karena sebelum anak saya ditempatkan di kamar strawberry, saya sudah terlebih dahulu memohon kepada beliau agar bersedia membantu usahakan kamar yang layak dan untuk masalah biaya kamar tetap saya bayar. Namun, saat itu pak Mustakim mengatakan pada saya bahwa dirinya tidak dapat membantu dengan alasan, anak saya adalah pasien BPJS," ungkap Reki blak-blakkan.
Selain memohon kepada Direktur RSUD Aceh Tamiang, terang Reki, melalui petugas medis di IGD, dirinya juga memohon bantuan kepada 'Kepala Ruangan Khusus Anak' agar buah hatinya bisa ditempatkan pada salah satu kamar yang hanya dihuni oleh seorang pasien, tapi tidak dikabulkan dengan alasan bahwa pasien yang dikamar tersebut adalah pasien bedah dan tidak bisa digabungkan dengan pasien umum.
"Perlu diketahui, ketika saya memohon secara baik-baik, pak Mustakim mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membantu saya dan Kepala Ruangan Khusus Anak juga menyampaikan, pasien bedah tidak bisa digabung dengan pasien umum. Namun sangatlah lucu, ketika sudah muncul masalah, pak Mustakim menawarkan agar anak saya pindah kamar lain," sebut Reki.
Menurut Reki, ada dugaan bahwa tawaran pindah kamar dari Mustakim secara mendadak tersebut merupakan jurus tebar pesona yang selama ini terindikasi kerap dilakukan ketika muncul masalah di RSUD Aceh Tamiang.
Anehnya lagi, kata Reki, kemarin beberapa saat setelah dirinya melayangkan protes kepada Direktur RSUD Aceh Tamiang, sejumlah oknum tenaga medis yang piket di ruang khusus anak mendatangi kamar strawberry dan menjumpai isterinya.
Salah seorang oknum tenaga medis yang berinisial Y, terkesan menyampaikan bahasa marah (tidak beretika), mempertanyakan posisi dirinya, bahkan menyampaikan pesan kepada isterinya agar dirinya segera menjumpai Y agar dibawa keliling rumah sakit untuk memilih kamar.
"Izin saya sampaikan bahwa seluruh keterangan saya ini adalah benar dan siap saya pertanggungjawabkan. Oleh karenanya, saya sangat berharap semoga pihak Direktur RSUD Aceh Tamiang serta sejumlah oknum tenaga medis yang telah menempatkan anak saya dengan pasien yang terindikasi kena gejala demam berdarah turut juga bertanggung jawab, serta berani memberikan keterangan yang sejujur-jujurnya ke pihak publik," pungkas Reki Ilham.
Sementara itu Direktur RSUD Aceh Tamiang, dr Mustakim M.Kes, saat dikonfirmasi awak media melalui whatsapp (WA) mengatakan bahwa saat membawa periksa anaknya ke IGD, Reki Ilham ada menghubungi dirinya dan mintak tolong agar dapat diberikan kamar kelas 1 (satu).
Mustakim menjelaskan, saat itu dia menyampaikan kepada bahwa sesuai dengan regulasi BPJS Kesehatan bahwa pasien dengan kepesertaan JKRA merupakan hak pasien yang berada di kelas 3. Tetap saat itu Reki berharap agar dapat dibantu.
Atas keinginan Reki tersebut, terang Mustakim, dirinya berupaya melakukan koordinasi dengan pihak manajemen untuk dapat membantu keluarga Reki. Dan upaya membantu Reki bukan tidak ada maksud untuk melakukan tebar pesona tetapi sebagai upaya untuk menyikapi dan menyelesaikan masalah.
Saat ditanya tentang kabar adanya sejumlah oknum tenaga medis yang piket di ruang khusus anak mendatangi kamar strawberry dan menjumpai isterinya dan salah diantara mereka berinisial menyampaikan bahasa yang terkesan tidak beretika, Mustakim meminta waktu untuk melakukan penulusuran tentang kronogis kejadian yang sebenarnya
"Masalah ini harus saya identifikasi dulu," demikian penjelasan dari Direktur RSUD Aceh Tamiang dr Mustakim M.Kes. (r)
Via
News