Ribuan Masyarakat dan Jama’ah Sirul Mubtadin Jeunieb Gelar Zikir di Pantai Kuala

BIREUEN -- Dalam rangka peringatan Gempa Bumi dan Tsunami Aceh, Ribuan masyarakat dan jamaah Sirul Mubtadin Jeunieb mengikuti zikir akbar,  Doa bersama dan santunan anak yatim pada Rabu (26/12/2018) siang, acara yang dipusatkan di bibir pantai Gampong Lancang Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen.

Muhibbuddin Yunus selaku Panglima Laot Kecamatan Jeunieb disela-sela acara berlangsung menyebutkan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin masyarakat Jeunieb setiap tahunnya, untuk mendoakan arwah para korban Tsunami. 

"Peringatan tsunami ini rutin setiap tahun diadakan, kali ini sedikit lebih meriah dari tahun sebelumnya," kata Panglima Laot yang biasa dipanggil Cek Muhib.

Lanjutnya acara kali ini hasil kerjasama Barisan Muda Ummat (BMU), Majelis Taklim Sirul Mubtadin dan Muspika Jeunieb dengan pihaknya yang dipelopori oleh Abiya Rahul Mudi Ketua (BMU) Pusat. 

Menurutnya kerja sama ini terbangun dari peran Abiya yang merangkul semua kalangan di Jeunieb mulai dari kalangan Pemuda, eksekutif, legislatif (Dapil Jeunieb),  Santri, lembaga adat, TNI-Polri, serta para alim Ulama dan Tokoh masyarakat yang ada di Kecamtan Jeunieb.

"Terima kasih kepada guru kami Abiya Atas dedikasinya dan kepada seluruh donatur yang telah menyumbang, baik donatur santunan maupun donatur acara dengan estimasi biaya seluruhnya mencapai 25 juta ini" tutupnya. 

Sebelumnya Acara di awali dengan santunan seratusan anak yatim dilanjutkan dengan tausiah oleh Tgk. Tarmizi Juddon Ketua Himpunan Ulama Dayah (HUDA) Pidie Jaya dan juga anggota MPU Aceh. 

Dalam tausiahya mengatakan kita harus bersyukur tidak menjadi salah satu korban jiwa dalam tragedi 14 tahun lalu dan masih diberi kehidupan hingga hari ini.

Menurut Abati Kuta Krueng sapaan akrabnya dikalangan Dayah, Tsunami Aceh pada 26 Desember silam tersebut itu merupakan teguran Allah atas merajalelanya kemaksiatan diatas bumi Aceh kala itu, namun ketika Allah menegur dengan cara yang menjadi korban atas bala itu bukan pelakunya saja.

"Ketika Allah menegur dengan mengirimkan bala yang maha dahsyatnya, Bala yang baha dahsyat tersebut, memakan semua korban yang dilaluinya, tidak membedakan orang shaleh, anak-anak, bayi, orang dzalim dan sebagainya" kata Abati yang juga menantu Abu Kuta Krueng itu.

Lanjut Abati para ahli geologi dunia kala itu mengeluarkan berbagai macam statemen ada yang mengatakan penyebabnya akibat patah lempengan perut bumi Eurasia sehingga menyebabkan air laut naik, dan ada yang mengatakan selama 500-800 tahun kedepan.

Tsunami tersebut tidak akan terjadi di Indonesia, tetapi Allah berkehendak lain Tsunami Palu yang diawali gempa bumi dan Tsunami selat Sunda baru-baru ini dinilai aneh tanpa diawali gempa bumi yang tak lazim dalam ilmu Geologi. Maka hari ini mari kita merenungi dan berdoa, kosongkan hati renungi jiwa ingatlah Tsunami 2004, semoga doa kita tersampaikan kepada korban yang ada disini. Tutup Abati. 

Acara ditutup dengan zikir akbar Majelis Zikir Yadara dipimpin oleh Syech Khalili Jeunieb,  suasana haru terlihat dari  ribuan wanita yang berpakaian serba putih mengikuti irama Zikir dengan cucuran air mata berlangsung dengan khidmat. (MS)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru