Adv
Perindag
Mohd Tanwir menerangkan, selain strategi Pojok Kreatif yang telah digagas, pihaknya juga mendorong para pelaku IKM Aceh, untuk memanfaatkan media sosial, dan platform digital lainnya untuk memasarkan aneka produk yang dihasilkan. Dan hal ini juga di fasilitasi oleh Disperindag Aceh.
"Keinginan kita membuka akses pasar seluas-seluasnya terhadap hasil produk IKM Aceh," tandasnya.
Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti Idawati, saat peluncuran Pojok Kreatif, di Rest Area Aceh Utara, di Gampong Ceubrek, Syamtalira Aron mengajak semua pihak untuk mendukung IKM di Aceh, dengan cara membeli produk daerah sendiri, dan bangga memakai produk Aceh.
Dikatakan Dyah Erti saat itu, bentuk mencintai produk Aceh, adalah dengan membeli produk daerah sendiri, yang dihasilkan oleh putra-putri terbaik daerah ini yang bekerja di sentra-sentra industri kecil dan menengah.
Keberadaan IKM dan UMKM memberi arti penting bagi perekonomian daerah ini, selain menyerap ribuan tenaga kerja, sektor ini juga berkontribusi pada ekonomi daerah, Sambung Dyah Erti, yang merupakan istri dari Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Karnanya, dengan membeli produksi pelaku IKM, hal tersebut berarti kita telah membantu perekomian daerah.
Sementara itu, Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Ganti Wibawaningsih, saat membuka Rapat Kordinasi IKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh mengatakan, pembinaa IKM dilakukan bersama-sama dengan melibatkan pemerintah pusat maupun daerah.
Upaya ini juga perlu dukungan kuat mulai koordinasi, sinkronisasi, serta sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai target-target yang telah ditentukan, tukasnya. [Adv]
Disperindag Aceh Siap Pasarkan Produk IKM di Pojok Kreatif
DINAS Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, fokus membuka akses pasar dan sekaligus memasarkan berbagai produk yang dihasilkan oleh sentra Industri Kecil dan Mengenah (IKM) di provinsi ujung barat Sumatera ini.
Kepala Disperindag Aceh, Mohd Tanwier mengatakan, selama kurun waktu terakhir, proses pembinaan yang dilakukan Pemerintah Aceh, telah melahirkan ribuah sentra IKM dengan berbagai produk yang dihasilkan. Nah, masalah utama yang dihadapi saat ini adalah soal akses pasar dan pemasaran hasil produksi, katanya.
Diakuinya, di Aceh terdapat hampir 41 ribu IKM yang keberadaannya menjadi instrumen penting penopang perekonomian daerah ini. Tapi, untuk memastikan keberlangsungan usaha yang ada, maka dibutuhkan kolaborasi semua pihak guna memberikan akses pasar dan kemudian ikut serta memasarkan dan membeli berbagai produk yang sudah ada.
Disebutkannya, produk yang dihasilkan pelaku IKM di Aceh, memiliki kualitas yang setara dengan produk dari luar. Baik dari sisi pengemasannya, branding, dan juga mutu.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh pelaku IKM Aceh untuk dapat mengakses pasar nasional dan internasional adalah masalah standar dan jaminan mutu.
"SNI dan standar produk yang dipersyaratkan untuk akses pasar nasional dan internasional, ini masih menjadi tantangan produk IKM Aceh," kata Baong, sapaan karib Mohd Tanwier kemudian.
Sembari melakukan pembinaan perihal ketentuan SNI itu, maka Disperindag konsep yang dilakukan pihaknya adalah fokus pada pemenuhan kebutuhan pasar lokal, dengan pertimbangan masyarakat Aceh dapat menyerap berbagai produk dan olahan yang dihasilkan oleh IKM di provinsi ini.
Salah satu strategi yang sudah dijalankan Disperindag Aceh, yakni membangun pojok kreatif di berbagai sentra dan keramaian masyarakat, baik di Cafee, pusat perbelanjaan, terminal, bandar, pasar, dan juga kawasan-kawasan lainnya.
Keberadaan pojok kreatif tersebut, nantinya untuk di isi dengan berbagai produk IKM Aceh, baik sektor makanan, minuman, pakaian dan olahan lainnya, seperti souvernir, baju, tas, dompet dan kain songket.
Bekerjasama dengan berbagai komponen pelaku bisnis, Pojok Kreatif ini digagas untuk mendukung para pelaku IKM memiliki pojok penjualan produk mereka di cafe, warkop mau pun kios-kios kecil.
Ada beberapa produk IKM di Aceh, antara lain gula aren, kopi biji/bubuk, kopi siap saji (cair), produk makanan ringan, abon ikan tuna, produk kerajinan dan berbagai jenis produk lainnya.
"Sudah dimulai, sudah ada beberapa cafe atau warkop yang menyediakan space untuk berbagai jenis produk IKM lokal. Pojok ini bukan hanya membantu menjual produk IKM, tapi juga membantu mempromosikan produk mereka," kata Kadis Perindag Aceh.Kepala Disperindag Aceh, Mohd Tanwier mengatakan, selama kurun waktu terakhir, proses pembinaan yang dilakukan Pemerintah Aceh, telah melahirkan ribuah sentra IKM dengan berbagai produk yang dihasilkan. Nah, masalah utama yang dihadapi saat ini adalah soal akses pasar dan pemasaran hasil produksi, katanya.
Diakuinya, di Aceh terdapat hampir 41 ribu IKM yang keberadaannya menjadi instrumen penting penopang perekonomian daerah ini. Tapi, untuk memastikan keberlangsungan usaha yang ada, maka dibutuhkan kolaborasi semua pihak guna memberikan akses pasar dan kemudian ikut serta memasarkan dan membeli berbagai produk yang sudah ada.
Disebutkannya, produk yang dihasilkan pelaku IKM di Aceh, memiliki kualitas yang setara dengan produk dari luar. Baik dari sisi pengemasannya, branding, dan juga mutu.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh pelaku IKM Aceh untuk dapat mengakses pasar nasional dan internasional adalah masalah standar dan jaminan mutu.
"SNI dan standar produk yang dipersyaratkan untuk akses pasar nasional dan internasional, ini masih menjadi tantangan produk IKM Aceh," kata Baong, sapaan karib Mohd Tanwier kemudian.
Sembari melakukan pembinaan perihal ketentuan SNI itu, maka Disperindag konsep yang dilakukan pihaknya adalah fokus pada pemenuhan kebutuhan pasar lokal, dengan pertimbangan masyarakat Aceh dapat menyerap berbagai produk dan olahan yang dihasilkan oleh IKM di provinsi ini.
Salah satu strategi yang sudah dijalankan Disperindag Aceh, yakni membangun pojok kreatif di berbagai sentra dan keramaian masyarakat, baik di Cafee, pusat perbelanjaan, terminal, bandar, pasar, dan juga kawasan-kawasan lainnya.
Keberadaan pojok kreatif tersebut, nantinya untuk di isi dengan berbagai produk IKM Aceh, baik sektor makanan, minuman, pakaian dan olahan lainnya, seperti souvernir, baju, tas, dompet dan kain songket.
Bekerjasama dengan berbagai komponen pelaku bisnis, Pojok Kreatif ini digagas untuk mendukung para pelaku IKM memiliki pojok penjualan produk mereka di cafe, warkop mau pun kios-kios kecil.
Ada beberapa produk IKM di Aceh, antara lain gula aren, kopi biji/bubuk, kopi siap saji (cair), produk makanan ringan, abon ikan tuna, produk kerajinan dan berbagai jenis produk lainnya.
Mohd Tanwir menerangkan, selain strategi Pojok Kreatif yang telah digagas, pihaknya juga mendorong para pelaku IKM Aceh, untuk memanfaatkan media sosial, dan platform digital lainnya untuk memasarkan aneka produk yang dihasilkan. Dan hal ini juga di fasilitasi oleh Disperindag Aceh.
"Keinginan kita membuka akses pasar seluas-seluasnya terhadap hasil produk IKM Aceh," tandasnya.
Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti Idawati, saat peluncuran Pojok Kreatif, di Rest Area Aceh Utara, di Gampong Ceubrek, Syamtalira Aron mengajak semua pihak untuk mendukung IKM di Aceh, dengan cara membeli produk daerah sendiri, dan bangga memakai produk Aceh.
Dikatakan Dyah Erti saat itu, bentuk mencintai produk Aceh, adalah dengan membeli produk daerah sendiri, yang dihasilkan oleh putra-putri terbaik daerah ini yang bekerja di sentra-sentra industri kecil dan menengah.
Keberadaan IKM dan UMKM memberi arti penting bagi perekonomian daerah ini, selain menyerap ribuan tenaga kerja, sektor ini juga berkontribusi pada ekonomi daerah, Sambung Dyah Erti, yang merupakan istri dari Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Karnanya, dengan membeli produksi pelaku IKM, hal tersebut berarti kita telah membantu perekomian daerah.
Sementara itu, Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Ganti Wibawaningsih, saat membuka Rapat Kordinasi IKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh mengatakan, pembinaa IKM dilakukan bersama-sama dengan melibatkan pemerintah pusat maupun daerah.
Upaya ini juga perlu dukungan kuat mulai koordinasi, sinkronisasi, serta sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai target-target yang telah ditentukan, tukasnya. [Adv]
Via
Adv