News
Kenduri Blang sebuah Tradisi Sebelum Turun ke Sawah di Desa Cot Tubee
BIREUEN-Kenduri Blang adalah suatu upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebelum turun ke sawah. Dalam suatu perjalanan menuju objek Persawahan di Desa Cot Tubee Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen.
Masyarakat Desa Cot Tubee Kecamatan Gandapura, mengikuti prosesi acara Kenduri Blang. Kenduri ini dilaksanakan di halaman Balai Desa setempat. Minggu 19 Juni 2022.
Tradisi Kenduri Blang, terdapat satu kejruen Blang yaitu di Desa Cot Tubee, Masyarakat mengikuti karena didasarkan sumber aliran air yang mengairi sawah ke desa mereka, sebelumnya masyarakat telah mempersiapkan untuk dapat melakukan kenduri blang walau dengan sederhana,
para ibu-ibu cukup menyiapkan bumbu masakan yang telah disiapkan, sedangkan warga diharuskan untuk membawa nasi yang dibungkus dengan daun (bu kulah), untuk secukupnya,
kayu masak, wajan, tentunya tiga ekor kibas yang akan disembilih untuk dapat masakkan dan dimakan bersama nantinya. Pada jam yang telah disepakati mulai berdatangan warga desa setempat, serta para tamu undangan.
Begitu datang para warga Desa setempat, baru langsung membawa ke tiga ekor kibas tersebut untuk disembilih, tentunya menjadi tanggung jawab masyarakat Desa setempat, untuk menyembelih Satu persatu kibas disembelih, lalu menjadi kerjaan bagi warga desa Cot tubee, mereka memasaknya sampai selesai masak. Tidak terlalu lama begitu sudah siap dengan masakannya, maka warga segera akan makan bersama.
Kuah Beulangong yang dinantikan Masyarakat Cot Tubee Kecamatan Gandapura untuk dimakan bersama pada acara Kenduri Blang.
"Sebelum makan bersama, terlebih dahulu masyarakat Desa Cot Tubee melakukan doa bersama, setelah semuanya siap, baru dilakukan makan bersama dengan tamu undangan yang telah hadir pada acara kenduri Blang,
Acara Kenduri Blang turut dipimpin langsung oleh Keuchiek Gampong Cot Tubee. Amri. turut di dampingi oleh Sekretaris Desa Cot Tubee. M Husen Arahman. Serta para perangkat Gampong lainnya.
Doa bersama digelar yang berkaitan dengan penuh harapan untuk memperoleh rezeki dari hasil sawah nantinya. Usai doa bersama dilaksana kan, Keuchiek Gampong Cot Tubee. Amri langsung bangun untuk memulai berpidato, yang berkaitan dengan rencana turun ke sawah, terutama kapan harus membersihkan tali air, kapan harus mulai turun membajak sawah, menanam benih dan kapan mulai tanam. Semuanya harus dilakukan secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Sabut Keuchiek Amri.
Acara Kenduri Blang hari ini semua hakekat kita bersama adalah berdoa semoga sawah yang dikerjakan oleh masyarakat dapat berbuah hasil yang diridhai oleh Allah SWT dengan cara duek pakat (duduk untuk bermusya warah), atau lebih memberikan semangat untuk melaksanakan peraturan tentang persawahan.
"Dimana Keuchiek Amri. memaparkan kembali ketentuan-ketentuan yang telah diberlakukan oleh indatu (nenek moyang), menjelaskan tentang pantangan-pantangan yang berlaku selama sebelum turun ke sawah dan apa-apa yang harus dikerjakan masyarakat sebelum turun ke sawah.
Beberapa tahapan yang dilalui sejak usai kenduri yaitu masa pantang selama 2 minggu, masa membajak tanah, masa menanam benih, masa seumula atau menanam padi, masa merawat dan menjaga hama dan masa keumeukoh atau panen. Berkaitan dengan apa saja yang dikerjakan pada masa pantang, dimana di masa pantang ini masyarakat yang memiliki sawah mengerjakan persiapan-persiapan yang dibutuhkan oleh sawah seperti, membersihkan Seuneulhop atau tali air yang memungkinkan seluruh sawah teraliri air dan membersihkan Lueng yang merupakan sumber air. Acara duek pakat turun ke sawah, ini lebih menjunjung persatuan dan kesatuan masyarakat di dalam bersawah,
sehingga dapat menghasilkan panen yang baik karena dilakukan secara serentak. Secara logika memang benar bahwa jika dilakukan sendiri-sendiri maka saat padi sedang ranum sudah dapat dipastikan hama-hama akan mengeroyoknya. Tetapi jika dilaksanakan serentak, maka padi akan menguning secara serentak, sehingga hama-hama akan tidak terkonsentrasi pada satu sawah.
Demikian prosesi acara Kenduri Blang yang merupakan suatu tradisi yang berlaku dalam lingkungan masyarakat Aceh. Khususnya Masyarakat Desa Cot Tubee Kecamatan Gandapura, Tradisi ini akan tetap diteruskan oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang karena pada acara ini semua anak-anak, remaja dan pemuda ikut serta berpartisipasi, sehingga dapat dikatakan sebagai proses internasilasi budaya.(MS)
Via
News