News
FAKSI:Dewan Jangan Sibuk dengan Kerja Pencitraan Ketika Pemilu di Depan Mata
ACEH TIMUR-Koordinator Front Anti Kejahatan Sosial (FAKSI) Aceh, Ronny H, mengkritik Perwakilan rakyat Aceh yang diduga baru muncul kembali ke ruang publik dan sibuk dengan pencitraan menjelang pemilu.
"Hal itu disampaikan Koordinator Front Anti Kejahatan Sosial (FAKSI) Aceh, Ronny H. kepada Wartawan Juamt 18 November 2022. Ketika pemilu sudah di depan mata Dewan Perwakilan Rakyat Aceh mulai terlihat, mengingat ini tahun politik, mereka yang dulu dipilih oleh Rakyat, untuk mendapat jabatan, kemudian seolah-olah hilang bagaikan ditelan gurita, ini mulai muncul lagi mencari simpati masyarakat, pencitraan lagi dan sok paling peduli terhadap rakyat bak pahlawan kesiangan,
Dia menilai hal itu sangat tidak etis dilakukan pejabat Negara, dan tentunya sangat melukai rasa keadilan bagi seluruh masyarakat, bahkan menciderai semangat demokrasi.
" Sudah menjadi rahasia umum, mulai dari DPRK, DPRA sampai DPD, DPR RI, meski tidak semuanya begitu, tapi banyak yang begitu lama tidak kelihatan orangnya di tengah-tengah masyarakat, seolah bersembunyi bahkan menghilang seperti di telan gurita, tidak jelas apa yang telah mereka kerjakan untuk masyarakat sejak terpilih, anehnya bagitu pemilu sudah mulai di depan mata eh kok tiba-tiba muncul lagi bak pahlawan kesiangan di tengah-tengah masyarakat atau pun di berbagai media," ungkap jebolan SMA 1 IDI tersebut.
Dia sangat menyayangkan amanat yang diberikan masyarakat selama ini disia-siakan para pejabat yang duduk di kursi kekuasaannya, dan tak jarang dari mereka terkesan bersembunyi dari kalangan masyarakat yang membutuhkannya, bahkan diduga hanya sibuk mengurusi kepentingan pribadinya.
" Contohnya saja di DPRK, itu nampak jelas palingan cuma dua bahkan tiga orang saja yang benar-benar bekerja dan sering terjun di kalangan masyarakat dalam kondisi apapun sejak mereka terpilih, itu pun dari Partai lokal, Partai Aceh, contohnya seperti Ahmad Lembeng (Panglima Asahan), M Yahya (Yahya Bohkaye), ya jelas terbukti sering berbaur dengan masyarakat dan setiap kalangan, kalau yang lainnya entah kemana, mungkin kami yang tidak tahu atau tidak lihat?" ucap Ronny.
"Jujur harus diakui, dua orang itu memang bisa dibuktikan sejak awal terpilih mereka memang bekerja, langsung terjun dan cepat tanggap terhadap berbagai persoalan di tengah-tengah masyarakat, bahkan mereka terjun langsung ke dalam banjir besar untuk menolong masyarakat, bukannya seolah baru sibuk kerja dan pencitraan lagi pas mau pemilu saja," ungkapnya.
Ronny menilai, fenomena wakil rakyat yang kembali baru muncul ke tengah masyarakat jelang pemilu untuk meraih simpati agar dapat memperoleh kursi jabatan lagi pada pemilu yang akan datang adalah bentuk lain dari upaya pembodohan terhadap masyarakat, yang harus segera diakhiri.
" Ini jelas bentuk pembodohan, mereka terjun dalam pemilu dengan segepok uang, lalu menang dan menghilang, kemudian muncul lagi dengan segepok uang yang mungkin lebih banyak lagi untuk menang pada pemilu berikutnya, ini jelas sangat merugikan rakyat yang menggaji mereka, tapi masyarakat justru tak menerima manfaat apa - apa dari keberadaan wakilnya di parlemen, pembodohan seperti itu jelas harus segera diakhiri,' ketusnya lagi.
Menurut Ronny, fenomena mengandal kan materi untuk meraih jabatan jelang pemilu itu pun juga diduga telah menjadi trend dan contoh gampang bagi para kontestan politik yang seharusnya mengedepankan semangat pengabdian kepada masyarakat yang menjadi landasan atau substansi dari upaya meraih kekuasaan di negeri ini.
" Diduga yang lain juga malah ikut - ikutan seperti itu, pas mau nyalon pemilu cukup ngandalin uang dan pencitraan saja untuk memperebutkan jabatan atau kekuasaan, tanpa berbuat ke masyarakat, tiba-tiba menang dan dinobatkan jadi pemimpin rakyat, parah enggak itu? tidak akan ada perubahan untuk rakyat kalau begitu caranya, dan kami memprediksi fenomena ini masih akan dipraktekkan para caleg atau kontestan politik lainnya pada pemilu yang akan datang," tegasnya
Namun Ronny berharap agar para wakil rakyat bisa membuktikan kerja kerasnya untuk masyarakat pada sisa masa jabatan mereka, dan tidak baper pada kritikannya itu, sehingga terjadi perubahan yang diharapkan masyarakat.
" Kami berharap jangan ada dewan yang baper dengan kritikan, karena enggak semuanya seperti itu, apalagi masih ada sisa waktu untuk membuktikan kerja yang sungguh - sungguh untuk rakyat, yang penting jangan baru kerja atau pencitraan beberapa bulan lagi jelang pemilu nanti baru peduli rakyat seperti pahlawan kesiangan," pungkas alumni Universitas Ekasakti itu menutup keterangannya.(Red)
Via
News