Adv
Budpar
Menggali Potensi Desa Wisata: Forum Jejaring di Aceh Dorong Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
BANDA ACEH - Hotel Al-Hanifi menjadi saksi bisu pelaksanaan forum peningkatan jejaring pengelola desa wisata di Aceh. Kegiatan yang diselenggarakan oleh anggota Komisi X DPR RI, Illiza Sa'aduddin Djamal, melalui Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui Kabid Pengembangan Destinasi Munawir Arifin mengapresiasi atas pelaksanaan forum peningkatan jejaring pengelola desa wisata di Aceh pada Jumat, 5 April 2024.
Munawir menekankan pentingnya tata kelola destinasi yang berkelanjutan. Menurutnya, pengelolaan yang baik tidak hanya memberi keuntungan bagi pengelola dan desa wisata, tetapi juga menciptakan pengalaman yang positif bagi para wisatawan.
"Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, hingga infrastruktur dan pengalaman wisatawan," ujarnya. Data per Maret 2024 menunjukkan bahwa Aceh memiliki 135 desa wisata dari 21 kabupaten/kota, yang terbagi dalam berbagai klasifikasi mulai dari rintisan, berkembang, hingga maju.
Illiza Sa'aduddin Djamal, dalam sambutannya, berharap para peserta mampu mengelola dan menggali potensi desa wisata secara efektif. Ia menekankan pentingnya kelompok sadar wisata yang memahami cara mengubah potensi desa menjadi daya tarik yang lebih menarik dan bernilai ekonomi.
"Desa wisata perlu adanya kelompok sadar wisata, yang paham bagaimana mengelola sesuatu yang tadinya kurang diperhatikan menjadi diperhatikan, yang tadinya kurang menarik jadi lebih menarik," ungkapnya.
Selain itu, Illiza juga menyoroti kekayaan alam Aceh yang menakjubkan dan potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Ia berharap kesadaran wisatawan lokal dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa.
"Orang yang sadar akan wisata itu akan selalu sering melihat potensi dan membaca situasi yang akan memberikan limpah rezeki kepada masyarakat, serta mampu membangun perekonomian desa," tambahnya.
Direktur Pengembangan Destinasi I, Utari Widyastuti, menyatakan komitmen Kemenparekraf dalam mendukung pengembangan desa wisata. Ia menyebutkan bahwa pengembangan ini bertujuan menumbuhkan desa wisata menjadi maju dan mandiri, serta mendukung perekonomian masyarakat dengan tetap menjaga kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan.
Utari juga mengingatkan tentang Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2024 yang masih membuka pendaftaran hingga 14 April. Pada ADWI 2023, tiga desa wisata dari Aceh—Desa Wisata Iboih, Desa Wisata Aneuk Laot, dan Desa Wisata Lubuk Sukon—berhasil masuk 75 besar.
Pengembangan desa wisata, menurut Utari, tidak bisa dilakukan secara instan. Konsep ini harus memenuhi sejumlah unsur penting seperti atraksi, amenitas, dan aksesibilitas, serta melibatkan komunitas lokal sebagai pelaku utama. "Lebih daripada itu, konsep pengembangan desa wisata harus mengacu pada keberadaan unsur 3A (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) dalam pariwisata dan community involvement atau keterlibatan masyarakat," tuturnya.
Forum ini menjadi langkah awal yang penting bagi Aceh dalam mengembangkan desa wisata yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan desa-desa wisata di Aceh dapat terus berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat. [Adv]
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui Kabid Pengembangan Destinasi Munawir Arifin mengapresiasi atas pelaksanaan forum peningkatan jejaring pengelola desa wisata di Aceh pada Jumat, 5 April 2024.
Munawir menekankan pentingnya tata kelola destinasi yang berkelanjutan. Menurutnya, pengelolaan yang baik tidak hanya memberi keuntungan bagi pengelola dan desa wisata, tetapi juga menciptakan pengalaman yang positif bagi para wisatawan.
"Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, hingga infrastruktur dan pengalaman wisatawan," ujarnya. Data per Maret 2024 menunjukkan bahwa Aceh memiliki 135 desa wisata dari 21 kabupaten/kota, yang terbagi dalam berbagai klasifikasi mulai dari rintisan, berkembang, hingga maju.
Illiza Sa'aduddin Djamal, dalam sambutannya, berharap para peserta mampu mengelola dan menggali potensi desa wisata secara efektif. Ia menekankan pentingnya kelompok sadar wisata yang memahami cara mengubah potensi desa menjadi daya tarik yang lebih menarik dan bernilai ekonomi.
"Desa wisata perlu adanya kelompok sadar wisata, yang paham bagaimana mengelola sesuatu yang tadinya kurang diperhatikan menjadi diperhatikan, yang tadinya kurang menarik jadi lebih menarik," ungkapnya.
Selain itu, Illiza juga menyoroti kekayaan alam Aceh yang menakjubkan dan potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Ia berharap kesadaran wisatawan lokal dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa.
"Orang yang sadar akan wisata itu akan selalu sering melihat potensi dan membaca situasi yang akan memberikan limpah rezeki kepada masyarakat, serta mampu membangun perekonomian desa," tambahnya.
Direktur Pengembangan Destinasi I, Utari Widyastuti, menyatakan komitmen Kemenparekraf dalam mendukung pengembangan desa wisata. Ia menyebutkan bahwa pengembangan ini bertujuan menumbuhkan desa wisata menjadi maju dan mandiri, serta mendukung perekonomian masyarakat dengan tetap menjaga kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan.
Utari juga mengingatkan tentang Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2024 yang masih membuka pendaftaran hingga 14 April. Pada ADWI 2023, tiga desa wisata dari Aceh—Desa Wisata Iboih, Desa Wisata Aneuk Laot, dan Desa Wisata Lubuk Sukon—berhasil masuk 75 besar.
Pengembangan desa wisata, menurut Utari, tidak bisa dilakukan secara instan. Konsep ini harus memenuhi sejumlah unsur penting seperti atraksi, amenitas, dan aksesibilitas, serta melibatkan komunitas lokal sebagai pelaku utama. "Lebih daripada itu, konsep pengembangan desa wisata harus mengacu pada keberadaan unsur 3A (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) dalam pariwisata dan community involvement atau keterlibatan masyarakat," tuturnya.
Forum ini menjadi langkah awal yang penting bagi Aceh dalam mengembangkan desa wisata yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan desa-desa wisata di Aceh dapat terus berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat. [Adv]
Via
Adv