Cj
19 Tahun MoU Helsinki, Damai Aceh Untuk Siapa?.
BANDA ACEH- Tampa terasa proses damai Aceh yang berliku dan suram sudah sampai 19 tahun. 15 Agustus 2005 tersentak damai dan perubahan alam kembali pada kesejukan. Tidak lagi terdengar suara jeritan masyarakat Aceh. Seperti orang janda, anak yatim keluarga TNI dan keluarga Gerakan Aceh Mardeka (GAM), mari kita selalu memohon doa agar Aceh tidak lagi terjadi komplik.
Ternyata Allah maha adil dan bijaksana, memberikan sunami yang dahsyat menimpa Kota Banda Aceh dan beberapa Kabupaten/kota sehingga alam Aceh sunyi senyap dalam hitungan menit.
Ternyata semua takdir tuhan pada hambanya melahirkan hasil atau keuntungan yang lebih baik dari pada cobaan yang di berikan.
Subhanallah tampa terasa, Damai Aceh sudah sampai 19 tahun. Sedangkan butir-butir damai sampai sekarang masih ada tolak tarik antara dua kepentingan, yaitu kepentingan lokal (Aceh) dengan kepentingan Nasional.
Hal tersebut melahirkan kedua belah pihak tokoh perintis Damai Aceh mulai gelisah. Apakah Aceh kedepan lebih baik atau lebih buruk.
Tokoh Aceh dan tokoh RI yang terlibat damai sudah tau, merintis damai itu pahit sedangkan tokoh yang menikmati Damai Aceh tidak pernah tau merintis itu pahit.
Sehingga setelah terjadi damai mulai muncul pahlawan kesiangan atau di sebut jamur muncul dalam jerami (kulat timoh lam jumpung pade gop lhe).
Tokoh perintis damai dan tokoh yang merawat damai sedang berpikir dan berusaha bagaimana butir MOU Helsinki bisa tertuang penuh dalam Qanun Aceh,
sehingga Aceh dan NKRI selalu bersinar dalam damai. Karna membeli damai tidak cukup dengan uang kecuali dengan keikhlasan hati yang baik.
Artinya saling memaafkan atas segala kesalahan dan kekilafan yang telah terjadi.
Sedangkan di sisi lain damai Aceh selalu di kikis oleh tikus berdasi atau tokoh yang tidak pernah merasakan bahwa merintis damai itu pahit. Sehingga keadaan Aceh yang seharusnya sudah lebih maju dan sejahtera untuk seluruh masyarakat pelosok desa.
Namun yang terjadi adalah kemiskinan, krisis kepercayaan, cepat mempercayai info yang belum tentu benar.
Dan sekarang jadi bahan gorengan renyah dari oknum yang berpolitik, salah satu cara menguasai kemenangan demokrasi pilkada November nanti. Jika masyarakat Aceh terbuai dan percaya pada janji manis tokoh politik yang memanfaatkan damai Aceh di perkirakan Aceh akan lebih buruk dari sekarang.
Tapi jika di percayakan pada tokoh Aceh yang pernah merintis damai dan terlibat langsung dalam komplik Aceh saya nyakin. Aceh bisa melahirkan Qanun Aceh yang sesuai bunyi MoU yang telah di sepakat oleh kedua belah pihak, antara GAM dan RI.
Di akhir kata saya ucapkan selamat hari damai Aceh yang ke-19 tahun. Semoga Aceh lebih baik kedepan dari yang sudah baik sekarang.
Penulis, Gumarni,S.H.,M.Si tokoh Eks kombantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang kini dipercaya sebagai ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Aceh (LPMA).
Via
Cj