Peringati Milad GAM Ke-48, Rakyat Aceh Tuntut Selesaikan MoU Helsinki Segera

BIREUEN- Ratusan anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Partai Aceh (PA) Wilayah Bate Iliek, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, mengadakan zikir dan doa bersama dalam rangka memperingati Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ke-48, pada Rabu pagi, 4 Desember 2024. Acara tersebut berlangsung di Kantor Partai Aceh, Gampong Bireuen Meunasah Blang, Kecamatan Kota Juang.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua KPA/PA Wilayah Bate Iliek, Darwis Jeunieb, beserta jajaran pengurus, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Rusyidi Mukhtar, S. Sos (yang dikenal dengan sebutan Ceulangik), serta anggota DPRK Bireuen dari Partai Aceh. Selain itu, turut hadir juga para kader, simpatisan, dan anggota KPA/PA.
Dalam kesempatan tersebut, Anggota DPR Aceh dari Partai Aceh, Rusyidi Mukhtar, membacakan sambutan Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia (PYM) Malik Mahmud Alhaytar. Dalam sambutannya, Wali Nanggroe menegaskan bahwa setiap 4 Desember diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Gerakan Aceh Merdeka, sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan yang telah dilakukan oleh GAM.

"Momentum peringatan ini bukan hanya sekadar mengenang jasa para pejuang, tetapi juga sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Di samping itu, kita mengadakan zikir, doa, dan tahlil bersama untuk mengenang para syuhada, serta menyantuni anak-anak yatim," ujarnya.
Lebih lanjut, Wali Nanggroe menyoroti pentingnya penyelesaian berbagai permasalahan yang masih ada, terutama terkait dengan implementasi perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia yang tercantum dalam MoU Helsinki. Salah satu hasil perjanjian tersebut, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, masih memerlukan perhatian lebih lanjut untuk dapat direalisasikan secara optimal.

"Pada Milad GAM yang ke-48 ini, saya menyerukan kepada seluruh anggota KPA di Aceh, kepengurusan Partai Aceh, serta seluruh organisasi pendukung lainnya seperti MUNA, Putroe Aceh, Inong Balee, Muda Seudang Aceh, dan JASA, agar terus menjaga cita-cita luhur perjuangan kita. Kita harus memastikan bahwa Aceh tetap menjadi bangsa yang besar, berdaulat, dan mampu berdiri sendiri, berdasarkan tujuan luhur yang diwariskan oleh para leluhur kita," tegas Malik Mahmud Alhaytar.
Dalam sambutannya, Rusyidi Mukhtar juga menambahkan bahwa, meskipun kemerdekaan tidak dituntut lagi, tetapi masyarakat Aceh tetap menginginkan agar seluruh isi MoU Helsinki yang belum terlaksana dapat diselesaikan dengan segera. "Kami tidak lagi menuntut kemerdekaan, namun kami menuntut agar perjanjian yang telah dituangkan dalam MoU Helsinki, yang belum sepenuhnya terealisasi, dapat diselesaikan secara bertahap dalam waktu lima tahun ke depan," kata Ceulangik, sapaan akrabnya.

Acara ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya komitmen bersama untuk menyelesaikan masalah yang masih tertunda, demi masa depan Aceh yang lebih baik dan sejahtera.(MS)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru