Balap Liar Berkedok Geng Kriminal Semakin Menjadi-Jadi di Kuta Blang Dimana Aparat Keamanan

BIREUEN- Kuta Blang kini berada di ambang ledakan sosial. Setiap malam, suara knalpot bising bukan lagi sekadar gangguan-itu alarm bahaya dari jaringan kriminal yang berkeliaran dengan topeng balap liar. Yang lebih mengerikan, semua ini terjadi di depan mata aparat yang memilih pura-pura buta dan tuli.

Aksi dari depan PT. Marjaya hingga Gapura Kuta Blang bukan lagi soal kebut-kebutan remaja. Ini sudah menjelma menjadi zona perang sipil. Senjata tajam dipamerkan tanpa malu, geng motor berkeliaran seperti penguasa jalanan, dan warga sipil yang cuma ingin hidup tenang malah jadi target teror setiap malam.

Warga Nyaris Bertindak Sendiri, Saking Lelahnya Menunggu Negara

Desa Cot Tufah dan Simpang Pulo Awe bahkan sudah harus bertindak sendiri. Enam remaja-beberapa residivis-ditangkap warga saat membawa senjata tajam. Tapi apa yang terjadi? Dilepas. Bebas. Kembali beraksi. Sampai kapan? Sampai ada warga yang tewas dibacok?

Jika aparat tidak mampu melindungi, lalu untuk apa mereka ada? Untuk siapa senjata dan seragam itu dikenakan?

Aparat Dianggap Main Mata: Uang Jalan Lebih Berharga dari Nyawa Warga?

Warga tidak bodoh. Sudah lama mencium bau busuk di balik pembiaran ini. Pelaku mengaku membayar "uang jalan" agar bisa terus menebar teror. Kalau ini benar, maka kita sedang menyaksikan institusi keamanan yang bukan cuma gagal, tapi ikut jadi bagian dari jaringan kriminal.

Ini bukan hanya kelalaian. Ini pengkhianatan. Pengkhianatan terhadap sumpah, terhadap rakyat, terhadap negara.

Malam Penuh Teror, Subuh Penuh Kehilangan

Balap liar ini bukan cuma soal suara bising. Setelah adu nyali itu usai menjelang fajar, warga bangun bukan dengan damai-tapi kehilangan. Ternak raib, padi dicuri, tabung gas lenyap. Bahkan sopir L-300 dan HiAce enggan melintas, takut dilempari batu. Apakah ini yang disebut "keamanan"? Atau kita sudah masuk ke era negara dalam negara, di mana hukum tak lagi berlaku?

Tokoh Masyarakat Ditekan, Warga Mulai Mendidih

Kepada Media ini Senin 7 April 2025, dikatakan Tgk Mursal, salah satu tokoh masyarakat yang masih punya nyali, bahkan ditawari uang agar tutup mulut. Ia tolak. Tapi sampai kapan tokoh masyarakat dibiarkan berdiri sendirian, sementara negara hanya menonton dari balik jendela pendingin ruangan?

Warga Sudah Tak Sabar: Kalau Negara Diam, Rakyat Akan Bertindak

Hari ini kami beri peringatan. Jika aparat masih bersikap pasif dan pengecut, jangan salahkan rakyat jika akhirnya mengambil alih. Dan saat itu terjadi, tidak ada lagi ruang untuk tangisan, tidak ada tempat bagi penyesalan. Yang akan bersuara hanya amarah dan darah.

Kami menuntut:

1. Patroli malam tanpa kompromi di jalur balap liar dan titik kriminal.

2. Tangkap dan adili para pelaku, termasuk oknum aparat yang menjadi beking.

3. Bongkar seluruh jaringan kriminal yang beroperasi dengan topeng balap liar.

4. Awasi dan bina generasi muda- bukan dibiarkan tumbuh jadi kriminal.

5. Sediakan arena legal bagi pecinta otomotif. Jangan biarkan bakat jadi bandit.

Kuta Blang bukan ladang kejahatan. Ini kampung damai yang sudah cukup bersabar. Jangan tunggu rakyat yang bertindak. Karena kalau rakyat turun, tak ada yang bisa menjamin semuanya masih bisa pulang dengan utuh. Tutut Mursal.(MS)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru