Ketua APDESI Geram: Oknum M Sebut Keuchik Seperti Maling Hanya Karena Cara Pembagian BLT
BIREUEN- Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kecamatan Gandapura, Mauliadi, mengecam keras pernyataan seorang oknum berinisial "M" yang menyebut cara kerja Keuchik dalam menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) mirip maling dan pencuri.
Pernyataan kontroversial itu muncul di salah satu grup wartawan setelah berita mengenai seorang Keuchik di Gandapura yang membagikan BLT menggunakan uang pribadinya demi membantu warganya menjelang Lebaran. Alih-alih diapresiasi, muncul komentar bernada merendahkan dari oknum "M" yang mengkritik metode penyaluran BLT yang dilakukan langsung ke rumah warga, bukan melalui pertemuan resmi di kantor desa atau meunasah.
Setelah komentar tersebut menjadi viral di kalangan grup wartawan, identitas sebenarnya dari oknum M akhirnya terungkap. Berdasarkan hasil investigasi, diketahui bahwa individu tersebut merupakan mantan Kepala UPTD IV BPKA Wilayah Bireuen, yang sebelumnya menjabat di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Bireuen.
"Cara membagi BLT yang benar adalah dengan memanggil penerima ke kantor atau meunasah, disaksikan oleh perangkat, Tuha Peut, Babinsa, dan tokoh adat, serta didokumentasikan. Kalau langsung diantar ke rumah warga, itu tidak transparan," tulis oknum tersebut.
Tak hanya itu, oknum "M" yang mengaku pernah menjabat sebagai Keuchik selama 17 tahun juga menyindir dengan nada sinis. "Saya 17 tahun menjabat Keuchik, tidak pernah ada ribut-ribut. Jangan banyak bicara kalau kerja belum benar."
Pernyataan ini memicu kemarahan di kalangan Keuchik Gandapura. Salah seorang Keuchik yang merasa tersinggung membalas dengan pernyataan keras dalam bahasa Aceh, menyinggung bahwa jika Keuchik desa disebut maling, maka bagaimana dengan pejabat di tingkat kabupaten?
Ketua Apdesi: Pernyataan yang Menyesatkan dan Tidak Beretika
Menanggapi hal ini, Ketua Apdesi Gandapura, Mauliadi, menyesalkan pernyataan tersebut. Menurutnya, tindakan Keuchik yang berinisiatif menggunakan uang pribadi untuk menalangi BLT justru merupakan bentuk kepedulian kepada rakyat kecil, terutama karena Dana Desa (DD) belum cair.
"Keuchik di Gandapura ini berjuang untuk warganya, bahkan rela meminjamkan uang pribadi agar masyarakat miskin bisa mendapat BLT sebelum Lebaran. Tapi malah ada yang menyebut mereka seperti maling? Kalau Keuchik yang berkorban demi rakyat disebut pencuri, maka saya bisa mengatakan bahwa oknum ini lebih pantas disebut perampok," tegas Mauliadi.
Ia juga menjelaskan bahwa pembagian BLT di 40 desa di Gandapura selalu dilakukan sesuai prosedur, dengan pengawasan dari Muspika dan perangkat desa.
"Setiap Keuchik punya cara masing-masing untuk membantu warganya. Dalam kondisi terdesak, ada yang memilih memberikan uang pribadi terlebih dahulu agar fakir miskin bisa bertahan. Ini bukan soal prosedur semata, tapi soal kemanusiaan," tandasnya.
Pernyataan oknum "M" ini dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap para Keuchik yang telah berjuang untuk masyarakatnya. Mauliadi pun mengingatkan agar tidak ada lagi pihak yang asal bicara tanpa memahami situasi di lapangan.
"Jangan karena pernah menjabat Keuchik belasan tahun, lalu merasa paling tahu segalanya. Kami di sini bekerja untuk rakyat, bukan untuk mencari panggung," pungkasnya.(MS)